Home Education journey #1

Home Education journey #1

Dinamika kehidupan yang saya jalani membentuk berbagai fase dengan ceritanya masing masing,


Saat SMA, saya berada pada fase "anak hebat dan pintar itu dicetak oleh sekolah yang terbaik", dalam pandangan saya saat itu, syarat untuk jadi anak hebat itu sangat sederhana, yaitu berprestasi di sekolah, tentu saja ditunjukkan dengan nilai baik dan rangking 3 besar, bisa masuk sekolah favorit dan perguruan tinggi negeri terkenal. 


Frame itu terus berlanjut sampai saya kuliah, begitu banyak teman-teman saya yang berprestasi di kampus merupakan jebolan sekolah elit yang memang sudah tak diragukan lagi kredibilitas nya dalam mendidik anak siswanya. Sempat beberapa kali minder karena saya bukan jebolan sekolah terkenal di bandung raya, kemampuan pun biasa saja, tak istimewa, maka lengkap sudah saya merasa menjadi orang yang tak istimewa 😂


Frame itu berubah saat saya sudah bekerja, pengetahuan tentang modalitas belajar yang saya dapat di tempat kerja Sedikit mengubah cara pandang saya terhadap proses pendidikan. Di fase ini, pandangan saya terkait peran sekolah terhadap proses pendidikan anak berubah, saya tak lagi menganggap sekolah sebagai satu-satunya tempat yang membuat seseorang bisa berhasil, saya mulai mempunyai pandangan bahwa keberhasilan seorang anak dalam proses belajar itu ditentukan oleh potensinya yang terasah dengan baik. 


Saya mulai mencari berbagai informasi bagaimana kelak saat saya mempunyai anak, saya bisa mengasah potensi yg mereka miliki agar kelak mereka bisa menjadi orang sukses. Kriteria sukses saya saat ini masih belum berubah, masih bergelut di bidang akademik dan turunannya. saya begitu berapi-api mencari informasi berbagai metode melesatkan kecerdasan anak, saya bertekad kuat kelak anak-anak saya harus dididik oleh ibunya, bukan tanpa alasan, karena yang tahu akan potensi mereka pastilah ibunya. 


Hamil anak pertama, saya rajin membacakan buku, mulai membuat "flashcard", mendengarkan murotal, menjalankan semua hal yang bisa saya lakukan untuk menstimulasi perkembangan janin. Saya tak peduli dengan omongan orang yang menganggap saya "aneh". Saya yakin bahwa apa yang saya lakukan saat itu adalah ikhtiar saya dalam merawat amanah yang Allah titipkan. 


Tahun 2012 anak pertama lahir, saya semakin rajin mencari berbagai informasi tentang parenting, sampai saya membaca tentang satu komunitas yang bergerak di bidang itu. Dayung tak bersambut, karena ternyata kelas2 yang ada di komunitas itu baru ada di kota besar, saya yang saat itu berdomisili di Tasikmalaya belum bisa mengikuti kelasnya. 


Tak kehilangan akal, akses internet yang sudah mulai mudah diraih membawa saya pada komunitas homeschooling berbasis online, di sana saya banyak belajar tentang bagaimana mendidik anak, saya juga belajar tentang reward and punishment untuk menerapkan disiplin pada anak. 


Saya lakukan tapi hati kecil seolah tak rela dengan itu, karena yang saya rasakan, kita akan disiplin ketika hati kita memang menginginkan hal itu, saya berpikir jika aturan ditegakkan atas dasar rasa takut maka saat hal yg ditakuti hilang maka ia akan kembali pada ketidaktaatan. Saya bimbang tak punya referensi lain, akhirnya saya menuruti kata hati dengan selalu memohon bimbingan dariNya. 


2 tahun berlalu, saya hamil anak ke 2, kebimbangan masih bergelayut karena saya merasa tak ada teman dalam berjuang. Kemudian Allah menunjukkan jalan dengan mengirimkan informasi lewat seorang teman tentang satu komunitas home education. 


Di komunitas ini saya benar benar mendapatkan banyak hal, cara pandang saya terhadap proses pendidikan dan kesuksesan berubah arah. Komunitas yang mengenalkan saya pada fitrah sejati manusia dan peran perannya dalam kehidupan, komunitas yang mengajarkan saya untuk lebih menikmati proses mendidik dan tak melulu berfokus pada target, komunitas yang menguatkan saya akan arti "pribadi yang unik". 


MaasyaaAllah tabarakallah baiknya Allah.. 


Di fase ini keyakinan saya akan proses pendidikan bertambah kuat, saya yang awalnya sekolah oriented, kemudian berubah menjadi homeschooling oriented, sekarang teguh dengan home education, menguatkan proses pendidikan di dalam rumah, sementara sekolah, homeschooling atau unschooling adalah pilihan yang bisa dijalankan dengan menyesuaikan apa yang dibutuhkan anak. 


Saya belajar tentang bagaimana kami harus memupuk 8 fitrah yang dimiliki anak agar kelak mereka bisa menemukan perannya dalam kehidupan.


Fokus pada stimulus fitrah- fitrah, kemudian Allah memberikan ujian, hasil yang saya dapatkan tak sesuai dengan ekspektasi, saya merenung dan terus bertanya-tanya, apa yang keliru? Semua proses sudah saya jalankan, tapi kenapa hasilnya belum sesuai harapan. Saya terus belajar mencari celah dimana letak kesalahan. 


Rupanya Allah selalu mempunyai cara terbaik dalam menegur hamba-Nya,  saya tahu dimana kurang saya, saya terlalu jumawa, saya terlalu yakin akan usaha saya astaghfirullah ampuni hamba Ya Allah.. Allah sebaik-baik pendidik.. 


"Kehebatan kita mendidik anak tak lepas dari hebatnya Allah membimbing dan mendidik kita"


Melibatkan hati dan menghadirkan Allah dalam setiap proses pendidikan, dengan selalu memohon bimbingan dan ridhoNya. Dan saat ini saya berada pada fase "Ikhlas menjadi orangtua". Saya hanya berusaha menjalankan apa yang sudah diteladankan manusia terbaik sepanjang zaman, membimbing anak-anak menuju misi besar penciptaan Nya dengan terus menggantungkan diri padaNya. 


Goresan Bunda

ElenioFamily


Sukabumi, Jum'ah 2 Syawal 1442 H


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Home Education journey #1"

Post a Comment